Articles by "Kisah Nabi Dan Rasul"
Showing posts with label Kisah Nabi Dan Rasul. Show all posts
Kumpulan Kisah - Kisah Teladan Dan Hikmah Dan Sejarah Islam
Benarkah Iblis Pernah Bertaubat ?
Telah diriwayatkan bahwasanya Nabi Musa pada suatu hari bertemu dengan iblis. Iblis berkata kepadanya, "Wahai Musa Engkau adalah manusia yang Allah pilih untuk mendapatkan risalah-Nya, bahkan engkau adalah manusia yang diajaknya untuk berdiskusi dengan-Nya. 

Sedangkan aku adalah salah satu daripada makhluk Allah dan aku telah berdosa kepadanya. 

Maka dari itu aku ingin bertaubat. Hendaknya tolonglah aku supaya engkau sampaikan keinginanku tersebut supaya Allah menerima taubatku.

Dan tatkala Nabi Musa bermunajat kepada Allah di gunung Turisina serta berdiskusi dengan-Nya, ketika dia akan turun dari gunung tersebut, 

Maka Allah berkata kepadanya, "Laksanakan amanat yang telah diamanatkan kepada engkau!" (Nabi Musa telah lupa apa yang telah disampaikan oleh iblis kepadanya). 

Lalu Nabi Musa berkata kepada Allah, "Ya Allah Salah satu hambamu iblis dia ingin bertaubat kepada Mu."

Maka Allah berkata kepada Nabi Musa, "Wahai Musa... Telah aku kabulkan hajatmu Perintahkan dia untuk bersujud kepada kubur Adam, maka niscaya Aku akan memberikan taubat
kepadanya." 

Maka kemudian Nabi Musa bertemu dengan iblis dan Nabi Musa berkata kepadanya, "Telah dikabulkan hajatmu dengan syarat engkau sujud ke makam Nabi Adam".

Lalu iblis menjadi marah dan sombong karenanya seraya berkata, "Dalam keadaan Adam hidup saja aku tidak mau bersujud kepadanya, apalagi dia sudah meninggal." 

Kemudian iblis itu berkata kepada Nabi Musa, "Wahai Musa... Karena engkau telah membantuku untuk mengusahakan taubatku kepada Allah, maka aku ingin memberitahukanmu dengan tiga hal dimana aku tidak dapat membinasakanmu dalam tiga hal tersebut jika engkau mengingatnya.

Yang pertama, ingatlah aku ketika engkau marah karena ruhku itu sebenarnya berada di dalam hatimu dan mataku berada di dalam matamu. Dan aku masuk kedalam dirimu melalui aliran darah. 

Ingatlah aku ketika engkau marah karena sesungguhnya ketika seorang manusia itu marah, aku akan tiup hidungnya sehingga dia tidak sadar dengan apa yang dilakukannya.

Kedua, ingatlah aku ketika dalam peperangan karena aku akan datang kepada seorang manusia tatkala itu, sehingga aku membuatnya mengingat anak istrinya serta keluarganya. Dengan begitu aku berharap dia berpaling dari peperangan tersebut dan berdosa karenanya.

Ketiga, hati-hatilah engkau untuk duduk-duduk bersama perempuan yang tidak mahrom denganmu karena aku adalah perantaranya kepadamu dan perantaramu kepadanya, dengan begitu aku akan berusaha untuk memfitnah antara kalian berdua sampai kalian terjerumus ke dalam sebuah dosa.

Sumber : Terapi Hati ( Habib Segaf Baharun )
Kumpulan Kisah - Kisah Teladan Dan Hikmah Dan Sejarah Islam
Qarun adalah nama seorang drp kaum Nabi Musa dan keluarganya yg dekat. Ia dikurniai Allah kelapangan rezeki dan kekayaan harta benda yg besar yg tidak ternilai bilangannya. IA hidup mewah selalu mujur dalam usahanya mengumpulkan kekayaan sehingga menjadi padatlah khazanahnya dgn harta benda dan benda-2 yg sgt berharga. 


Sampai-2 para juru kuncinya tidak berdaya membawa atau memikul kunci-2 peti khazanahnya krn sgt byk dan beratnya. Ia hidup secara mewah dan menonjol di antara kaum dan penduduk kotanya. Segala-galanya adlah luar biasa dan lain drp yg lain. Gedung-2 tempat tinggalnya pakaiannya sehari-hari pelayan-2nya dan hamba-2 sahayanya yg bilangannya melebihi keperluan. 

Dan walaupun ia tenggelam dalam lautan keni’matan duniawi yg tiada taranya pada masa itu ia merasa masih belum puas dgn tingkat kekayaan yg ia miliki dan terus berusaha mengisi khazanahnya yg sudah padat itu sifat mausia yg serakah yg tidak akan pernah puas dgn apa yg sudah dicapai. Jika ia sudah memiliki segantang emas ia ingin memperolhi segantang yg kedua dan demikian seterusnya.

Sebagaimana halnya dgn kebykan orang-orang kaya yg telah dimabukkan oleh harta bendanya maka Qarun tidak merasa sedikit pun bahwa dia mempunyai kewajiban sosial dgn harta kekayaannya itu. Ia dalam hidupnya hanya memikirkan kesenangan dan kesejahteraan peribadinya memikirkan bagaimana ia dapat menambahkan kekayaannya yg sudah melimpah-limpah itu. 

Ia telah dinasihati oleh pemuka-2 kaumnya agar ia menyediakan sebahagian daripada kekayaannya bagi menolong para fakir miskin menolong orang-orang yg tak mengenakan busana yg tidak berpakaian dan lapar tidak dapat makanan. 

Ia diperingatkan bahwa kekayaan yg ia perolehi itu adl kurniaan dari Tuhan yg harus disyukuri dgn beramal kebajikan terhadap sesama manusia dan melakukan perbuatan-2 yg dapat meringankan penderitaan orang-orang yg ditimpa musibah atau menderita cacat. Diperingatkan bahwa Allah yg telah memberinya rezeki yg luas itu dapat sewaktu-waktu mencabutnya bila ia melalaikan kewajiban sosialnya.

Nasihat yg baik dan peringatan yg jujur yg dikemukakan oleh pemuka-pemuka kaumnya itu tidak diendahkan oleh Qarun dan tidak mendapat tempat didalam hatinya.Ia bahkan merasa bahwa krn kekayaannya ialah yg harus memberi nasihat dan bukan menerima nasihat. 

Orang harus tunduk kepadanya mematuhi perintahnya mengiakan kata-katanya dan membenarkan segala tindak tanduknya. IA menyombongkan diri dgn mengatakan kepada orang-orang yg memberikan nasihat itu bahwa kekayaan yg ia miliki adl semata-mata hasil jerih payahnya dan hasil kecekapan dan kepandaiannya berusaha dan bukan merupakan kurnia atau pemberian dari siapa pun. 

Karenanya ia bebas menggunakan harta kekayaannya menurut kehendak hatinya sendiri dan tidak merasa terikat oleh kewajipan sosial berupa pertolongan dan bantuan kepada para fakir miskin dan para penderita yg memerlukan bantuan dan pertolongan.

Sebagai tentangan bagi para orang yg menasihatinya Qarun makin meningkatkan cara hidup mewahnya dan secara menyolok mempamerkan kekayaannya dgn berlebih-lebihan. 

Bila ia keluar Ia mengenakan pakaian dan perhiasan yg bergemerlapan membawa pengantar dan pembantu lbh banyak daripada biasanya dan mengenderai kuda-kuda yg dihiasi dgn indah dan cantik. Kemewahan yg ditonjolkan secara menyolok itu merasakan iri-hati dikalangan penduduk terutama mereka yg masih lemah imannya. 

Mereka berbisik-bisik diantara sesama mereka mengeluh dgn berkata: “Mengapa kami tidak diberi rezeki dan keni’matan seperti yg telah diberikan kepada Qarun? Alangkah mujurnya nasib Qarun dan alangkah bahagianya dia dalam hidupnya di dunia ini! Dan mengapa Tuhan melimpahkan kekayaan yg besar itu kepada Qarun yg tidak mempunyai rasa belas kasihan terhadap orang-orang yg melarat dan sengsara orang-orang yg fakir dan miskin yg memerlukan pertolongan berupa pakaian mahupun makanan.Dimanakah letak keadilan Allah yg Maha Pemurah lagi Maha Pengasih itu?”

Qarun yg tidak mengabaikan anjuran orang agar ia secara sukarela menyediakan sebahagiaan harta kekayaannya utk disedekahkan kepada orang-orang yg memerlukannya melarat dan miskin akhirinya didatangi oleh Nabi Musa menyampaikan kepadanya bahwa Allah telah mewahyukan perinyah berzakat bagi tiap-tiap orang yg kaya dan berada. Diterangkan oleh Musa kepadanya bahwa dalam harta kekayaan tiap ada bahagian yg telah ditentukan oleh Tuahn sebagai hak orang-orang yg melarat dan fakir miskin yg wajib diserahkan kepada mereka.

Qarun merasa jengkel memerima perintah wajib berzakat itu dan menyatakan keraguan dan kesangsian kepada Musa. Ia berkata: “Hai MUsa kami telah membantumu dan menyokongmu dalam dakwahmu kepada agama barumu. Kami telah menuruti segala perintahmu dan mendengarkan segala kata-katamu. 

Sikap kami yg lunak itu terhadap dirimu telah memberanikan engkau bertindak lbh jauh dari apa yg sepatutnya dan mulailah engkau ingin meraih harta benda kami. Engkau rupanya ingin juga menguasai harta kekayaan kami setelah kami serahkan kepadamu hati dan fikiran kami sebulat-bulatnya. 

Dengan perintah wajib zakatmu ini engkau telah membuka topengmu dan menunjukkan dustamu dan bahwa engkau hanya seorang pendusta dan ahli sihir belaka.”

Tuduhan Qarun yg ingin melepaskan dirinya dari wajib berzakat itu ditolak oleh Nabi Musa yg menegaskan kembali bahwa kewajiban berzakat iut tidak dapat ditawar-tawar dan harus dilaksanakan krn ia adl perintah Allah yg harus ditaati dan dilaksanakan dgn semestinya.

Qarun tidak dapat jalan utk mengelakkan diri dan kewajiban zakat itu setelah berbantah dan berdebat dgn Musa maka ia menyerah dan ditentukan berapa besar yg harus ia keluarkan zakat harta kekayaannya.

Setelah tiba di rumah dan menghitung-hitung bahagian yg harus dizakatkan dari harta miliknya Qarun merasa terlampau besar yg harus dizakatkan dan merasa sayang bahwa ia harus mengeluarkan dari khazanahnya sejumlah wang tanpa meperolehi imbalan sesuatu keuntungan dan laba. Fikir punya fikir dan timbang punya timbang akhirnya Qarun mengambil keputusan utk tidak akan mengeluarkan zakat walau apapun yg akan terjadi akibat tindakannya itu.

Utk menguatkan aksi pemboikotannya terhadap kewajiban mengeluarkan zakat Qarun menyebarkan fitnah kepada Nabi Musa dgn maksud menarik orang agar menjadikan penunjang aksinya dan mengikutinya menolak menolak kewajiban mengeluarkan zakat sebagaimana diperintahkan oleh Nabi Musa. 

Ia menyebarkan fitnah seolah-olah Nabi Musa dgn dakwahnya dan penyiaran agama barunya bertujuan ingin memperkayakan diri dan bahwa perintah zakatnya itu adl merupakan cara perampasan yg halus terhadap milik-milik para pengikutnya.

Lebih jahat lagi utk menjatuhkan Nabi Musa dan kewibawaannya Qaru bersekongkol dgn seorang wanita yg diajarinya agar mengaku didepan umum bahwa ia telah melakukan perbuatan zina dgn Musa. Akan tetapi Allah tidak rela nama Rasul-Nya tercemar oleh tuduhan palsu yg diaturkan oleh Qarun itu. 

Maka digerakkanlah hati wanita sewaannya itu utk mengatakan keadaan yg sebenarnya dan bahwa apa yg ia tuduhkan kepada Nabi Musa adl fitnahan dan ajaran Qarun semata-mata dan bahawasannya Musa adl bersih dari perbuatan yg dituduh itu.

Setelah ternyata bagi Nabi Musa bahwa Qarun tidak beriktikad baik dan bahwa ia tidak dapat diharap menjadi pengikut yg soleh yg mematuhi perintah-2 Allah terutama perintah wajib zakat bahkan ia dapat merusakkan akhlak dan iman para pengikut Musa dgn sikap dan cara hidupnya yg berlebih-lebihan mewahnya ditambahkan pula usahanya yg tidak henti-2 merusakkan kewibawaan Nabi Musa dgn melontarkan fitnahan dan berbagai hasutan maka habislah kesabaran Nabi Musa lalu berdoa ia kepada Allah agar menurunkan azab-Nya atas diri Qarun yg sombong dan congkak itu agar menjadi pengajaran dan ibrah bagi kaumnya yg sudah mulai goyah imannya melihat keni’matan yg berlimpah-limpah yg telah Allah kurniakan kepada Qarun yg membangkang itu.

Maka dgn izin Allah yg telah memperkenankan doa Nabi Musa terjadilah tanah runtuh yg dahsyat di atas mana terletak bangunan gedung-gedung yg mewah tempat tinggal Qarun dan tempat penimbunan kekayaannya. Terbenamlah seketika itu Qarun hidup-hidup berserta semua milik kekayaan yg menjadi kebaggaannya.

Peristiwa yg menimpa Qarun dan harta kekayaannya itu menjadi ibrah bagi pengikut-2 Nabi Musa serta ubat rohani bagi mereka yg beriri hati dan mendambakan keni’matan dan kemewahan hidup sebagaimana yg telah dialami oleh Qarun. 

Mereka berkata seraya bersyukur kepada Allah: “Sekiranya Allah telah melimpahkan rahmat dan kurnia-Nya nescaya kami dibenamkan pula seperti Qarun yg selalu kami inginkan kedudukan duniawinya. Sesungguhnya kami telah tersesat ketika kami beriri hati dan mendambakan kekayaannya yg membawa binasa baginya. Aduhai benar-2 tidaklah beruntung orang-orang yg mengingkari ni’mat Allah.” Isi cerita tersebut di atas dapat dibaca dalam surah “Qashash” ayat 76 sehingga 82 dan surah “Al-Ahzaab” ayat 69 sebagaimana berikut :~

“76~Sesungguhnya Qarun adl termasuk kaum Musa maka ia berlaku aniaya terhadap mereka dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yg kunci-nya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yg kuat-2. negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari duniawi dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakkan di bumi ini. 

 Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yg berbuat kerusakkan. 78~ Qarun berkata: “Sesungguhnya aku diberi harta itu krn ilmu yg ada padaku.” Dan apakah ia tidak mengetahui bahwasannya Allah sungguh telah membinasakan umat-2 sebelumnya yg lbh kuat daripadanya dan lbh banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yg berdosa itu tentang dosa-dosa mereka. 

79~ Mak keluarlah Qarun kepada kaumnya dgn kemegahannya. Berkatalah orang-orang yg menghendaki kehidupan dunia: ” Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yg telah diberikan kepada Qarun sesungguhnya ia benar-benar mempunyai peruntungan yg besar.” 

80~ Berkatalah orang-orang yg telah dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yg besarlah bagimu pahala Allah adl lebihbaik bagi orang-orang yg beriman dan beramal soleh dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yg sabar.” 

81~ Mak Kami benamkan Qarun berserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yg menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang membela . 

82~ Dan jadilah orang-orang yg kelmarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu berkata: “aduhai benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yg dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya. Kalau Allah tidak melimpahkan kurnia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita . Aduhai benarlah tidak beruntung orang-orang yg mengingkari Allah.”


“Hai orang-orang yg beriman janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yg menyakiti Musa maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yg mereka katakan. Dan adl dia seorang yg mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah.”
Kumpulan Kisah - Kisah Teladan Dan Hikmah Dan Sejarah Islam


Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pada suatu ketika Nabi Ayyub sedang mandi dengan bertelanjang, tiba-tiba sekelompok belalang emas berjatuhan di hadapannya lalu dibungkusnya dengan kain.

Maka Allah berfirman menegurnya, ‘Wahai Ayyub, bukankah Aku telah memberimu kekayaan yang cukup sehingga engkau tidak membutuhkan apa yang engkau lihat saat ini?’ Ayyub menjawab, ‘Benar, ya Tuhanku! Tetapi demi kekuasaanMu, aku masih saja membutuhkan berkah dariMu’.” [1]

Pelajaran yang dapat dipetik:

1. Diperbolehkan mandi telanjang jika ia seorang diri atau mandi bersama istri.

2. Diperbolehkan memperbanyak atau mencari harta yang banyak dengan cara halal dan benar, serta mensyukuriNya.

3. Keutamaan orang yang kaya lagi banyak bersyukur.

4. Diperbolehkan menjadikan emas sebagai cincin atau perhiasan wanita.

5. Diperbolehkan menyebut harta yang didapat seperti dalam peristiwa ini, sebagai berkah.

6. Diperbolehkan menikmati keindahan hiasan atau lukisan yang berwujud makhluk bernyawa bila hanya sebagian, adapun yang dilarang adalah hiasan yang berwujud utuh atau lengkap dari makhluk yang bernyawa tersebut.

[1] HR. Al-Bukhari, 1/289; Ahmad, 2/314; Ibnu Hibban, 6229; Abdurrazzaq, 20403; at-Tirmidzi, 3977.

Sumber: “61 Kisah Pengantar Tidur, Pustaka Darul Haq, Jakarta
Kumpulan Kisah - Kisah Teladan Dan Hikmah Dan Sejarah Islam


Allah Ta’ala menyebutkan kisah Yusuf bin Ya’qub ‘alaihissalam dalam satu surat lengkap yang di dalamnya terdapat banyak faidah dan pelajaran yang jumlahnya lebih dari 1000 buah. 

Nabi yang mulia ini diuji dengan ujian yang sangat berat, tetapi beliau bersabar. Demikianlah keadaan orang-orang shalih. Akhirnya ujian itu berubah menjadi anugerah. Berikut ini kisahnya:

Ibu Yusuf  ‘alaihissalam bernama Rahil. Yusuf memiliki sebelas saudara. Ayahnya sangat mencintai Yusuf , maka kedengkian mulai menjalar di hati saudara-saudaranya; karena mereka adalah satu kelompok, satu jamaah, namun sang ayah begitu mencintai Yusuf dan saudaranya, Bunyamin. Apa yang terjadi selanjutnya?

Mereka meminta kepada sang ayah agar dia mengizinkan saudara mereka, Yusuf, untuk pergi bersama mereka. Mereka memperlihatkan keinginan agar Yusuf ikut menggembala bersama mereka, padahal mereka menyembunyikan sesuatu darinya, yang hanya Allah lah Yang mengetahuinya. 

Maka mereka pun mengajak Yusuf, lalu mereka melemparkannya ke dalam sumur. Kemudian datanglah rombongan musafir. Mereka menurunkan timba (ke dalam sumur) dan Yusuf pun menggayut padanya. Kemudian mereka menjual Yusuf kepada seorang pembesar di Mesir yang bergelar al-Aziz [1], dan al-Aziz pun membelinya hanya dengan beberapa dirham.[2] Lalu apa yang terjadi selanjutnya? Allah Ta’ala berfirman,

“Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata, ‘Marilah ke sini.’ Yusuf berkata, ‘Aku berlindung kepada Allah, Sesungguhnya tuanku telah memperlakukanku dengan baik.’ Sesungguhnya orang-orang yang zhalim tidak akan beruntung. 

Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Rabbnya. Demikianlah, agar Kami memalingkan kemungkaran dan kekejian darinya. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (Yusuf: 23-24).

Allah menyebutkan godaan istri al-Aziz kepada Yusuf dan permintaannya kepada Yusuf sesuatu yang tidak pantas dengan keadaan dan kedudukannya. 

Yakni wanita itu berada di puncak kecantikan, kejelitaan, kedudukannya, dan amat masih muda. Ia menutup semua pintu untuk mereka berdua. 

Ia telah siap untuk menyerahkan dirinya, berhias, dan mengenakan pakaiannya yang paling indah dan mewah; padahal bersama semua ini, ia adalah seorang istri menteri.

Sedangkan Yusuf kala itu adalah seorang pemuda tampan, elok, muda, diinginkan (oleh para wanita), masih perjaka, dan tidak ada yang bisa menggantikannya. Ia jauh dari keluarga dan kampung halamannya. 

Sedangkan orang yang tinggal di tengah-tengah keluarga dan sahabatnya tentu akan malu jika mereka mengetahui perbuatan kejinya, sehingga akan jatuhlah kehormatannya dalam pandangan mereka. Tetapi, jika ia berada di negeri asing, maka kendala itu sirna. 

Apalagi wanita itu sendiri yang meminta, sehingga menjadi hilanglah kendala yang biasa menghinggapi laki-laki; permintaannya, dan rasa takutnya untuk ditolak. Dan wanita itu berada dalam kekuasaan dan rumahnya sendiri, sehingga ia tahu persis kapan waktu yang tepat, dan di tempat mana yang tak ada seorang pun bisa melihat. 

Namun bersama ini semua, Yusuf ‘alaihissalam justru menjaga diri dari perbuatan haram, dan Allah menjaganya dari perbuatan keji, karena dia adalah keturunan para nabi. 

Allah menjaganya dari tipu daya dan rencana jahat para wanita. Dan Allah pun menggantinya dengan memberinya kekuasaan di negeri Mesir, ia bebas pergi ke mana saja yang ia kehendaki di negeri Mesir itu, dan memberinya kerajaan. 

Lalu wanita itu (Zulaikha) datang kepadanya dengan merendahkan diri, meminta dan mengiba agar dinikahinya secara halal, maka Yusuf pun menikahinya. Ketika malam pertama, Yusuf berkata kepadanya, “Ini lebih baik daripada apa yang dulu engkau inginkan.”[3]

Wahai orang Muslim, renungkanlah bagaimana setelah ia meninggalkan yang haram, Allah lalu menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik daripadanya. Oleh karena itu, Yusuf adalah penghulu dari tujuh (golongan) para tokoh yang mulia dan bertakwa yang disebutkan dalam ash-Shahihain dari penutup para nabi dari sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berasal dari Tuhan langit dan bumi,

“Ada tujuh (golongan) yang Allah menaungi mereka dalam naunganNya, pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naunganNya, (yaitu): 
(Pertama), pemimpin yang adil, 

(kedua), laki-laki yang mengingat Allah secara menyendiri kemudian air matanya mengalir, 

(ketiga), laki-laki yang hatinya tertambat dengan masjid saat ia keluar darinya sampai la kembali kepadanya, 

(keempat), dua orang yang saling mencintai karena Allah, mereka berkumpul dan berpisah karenaNya, 

(kelima), laki-laki yang bersedekah dengan suatu sedekah, lalu dia menyembunyikan sedekahnya, sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, 

(keenam), pemuda yang tumbuh (dengan senantiasa) beribadah kepada Allah, dan 
(ketujuh), laki-laki yang diajak (berzina) oleh wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan, (tetapi) ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah’. “

Foot Note:

[1] AI-Aziz adalah gelar bagi salah seorang menteri di kerajaan Mesir saat itu. Ia bernama Qithfir, ada juga yang mengatakan Ithfir bin Ruhaib, dan ada juga yang mengatakan Malik bin bin Da’r bin Buwaib bin Unuqa bin Madyan bin Ibrahim. Wallahu A’lam. Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 4/378. Ed. T.

[2] Inilah ringkasan kisah Nabi yang mulia tersebut. Barangsiapa yang ingin mengetahuinya secara lengkap, maka hendaklah dia membaca Surat Yusuf dengan penuh penghayatan, lalu merujuk kepada tafsir bil ma’tsur yang mana saja, khususnya Ibnu Katsir, dalam Tafsir dan Tarikhnya. Wallahu al’am.

[3] Pernikahan Nabi Yusuf ‘alaihissalam dengan Zulaikha ini terjadi setelah suami Zulaikha, al-Aziz meninggal dunia. Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 4/396. Ed.T.)


Sumber: Kisah-Kisah Nyata, IBrahim bin Abdullah al-Hazimi, Pustaka Darul Haq